Mahasiswa Tuntut Polda Tuntaskan Kasus Shaka | Gho Blog's - Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa untuk Keadilan (AMUK), Selasa (29/1) menggelar longmarch dan aksi penyampaian pernyataan di depan kantor Kepolisian Daerah (Polda) Sumbar. Mereka menuntut Polda Sumbar mengusut tuntas aksi kekerasan yang dilakukan Ipda DPS terhadap mahasiswa UPI.
Sempat ditolak bertemu Kapolda maupun Wakapolda Sumbar, puluhan mahasiswa yang terdiri dari perwakilan BEM UPI, LAM & PK Unand, PHP Unand, BEM ATIP, HIMA IAIN, FMN Sumbar, HIMA IKOM Unes, dan UBH tersebut, sempat memblokir jalan Sudirman.
Aksi tersebut membuat lalu lintas dikawasan tersebut macet total, sebelum aparat kepolisian mengambil inisiatif menutup jalan. Sehingga dengan leluasa mereka berbaris rapi menghadang jalan.
Di tengah terik matahari siang itu, mereka menuntut polisi menuntut tuntas kasus Shaka dan Agung. Selain itu, penjarakan dan pecat pelaku penyiksaan terhadap korban Shaka dan Agung. Polda Sumbar juga diminta untuk mencopot Kapolsek Padang Timur dari jabatannya, dan meminta pihak kepolisisan menghentikan intimidasi terhadap korban, saksi, dan keluarga.
“Sampai kini, intimidasi terhadap keluarga korban masih terus terjadi,” kata juru bicara AMUK, Like kepada wartawan, Selasa (29/1). Dia meminta polisi tegas mengusut kasus tersebut. Aksi turun ke jalan katanya, akan terus dilakukan sampai kepolisian menindak tegas oknum polisi pelaku kekerasan.
Sebelumnya, Shaka Musti Diguna (20) dan temannya Agung mendapat perlakuan tidak bersahabat dari Polsek Padang Timur saat menggelar razia sepeda motor di daerah tersebut. Mereka dipukul oleh oknum polisi karena dianggap melawan.
Pengakuan Shaka, dia tidak hanya dipukul tetapi juga dipaksa menanggalkan celana. Oknum polisi tersebut juga menyita dompet korban yang berisi uang Rp300 ribu, satu unit sepeda motor jenis Honda Supra Fit dengan nomor polisi BA 3369 AL, 2 buah kartu ATM, serta 2 buah STNK tanpa alasan yang jelas.
Koordinator Divisi Pembaharuan Hukum dan Peradilan LBH Padang, Era Purnama Sari menyatakan mengecam tindakan aparat tersebut. Dia menyayangkan kondisi mental aparat kepolisian di Sumatera Barat, yang dinilai sudah sangat memprihatinkan. Sejak awal Januari 2013 hingga kemarin, sudah terjadi 6 tindakan kekerasan yang di lakukan aparat kepolisan, terhadap warga sipil. “Apakah masih pantas polisi kita sebut sebagagi pelayan masyarakat?” tanya Era. (Sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar